Mata Najwa Dibayar Berapa Promosikan Martabak?
Dari seluruh segmen acara Mata Najwa episode “Anak Jokowi” saya sangat tertarik dengan proses negosiasi antara tim Mata Najwa dengan Gibran dan Kaesang, karena jelas kita tahu mereka ini jarang mau diwawancarai apalagi diundang talkshow. Tapi sebelum mengarah ke sana, mungkin saya akan bahas sesuai alur wawancara.
Kaesang Pangarep datang dengan baju hitam polos, lengan panjang, namun dilipat hingga siku, yang ini pasti tidak ada kaitannya dengan anak pangeran sebelah.
Dari awal Kaesang memang terlihat sangat gugup. Bahkan Najwa sempat menanyakannya langsung “iya, gemeteran dari tadi” jawabnya.
Tapi di luar soal gugup, semua jawaban Kaesang sangat-sangat mirip dengan Pak Jokowi. Misal ketika ditanya apakah Bapak takut sama Ibu? Dijawabnya “yang itu sih tanya langsung sama Bapak.”
Berbeda dengan Gibran, saat pertama duduk sampai akhir, sepertinya dia sudah lebih santai menghadapi media. Kesamaan yang saya lihat dari Gibran dan Pak Jokowi adalah cara komunikasi, gerak tangan saat menjelaskan dan penekanan-penekanan datar. Beberapa kali Gibran menjawab khas Jokowi “biasa aja,” saat ditanya apa yang berbeda setelah menjadi anak Presiden?
Namun bagaimanapun dua anak ini usianya terpaut cukup jauh. Jadi gaya dan pilihan bahasanya juga banyak berbeda. Sekalipun secara karakter memang sudah berbeda, Kaesang ngebanyol dan Gibran irit bicara.
Tapi dari gaya kocak Kaesang, tetap ada pesan kuat yang saya pikir cukup menohok bagi para haters. Pesan Pak Jokowi adalah menjaga norma meskipun dalam sosial media. Jangan sampai menghina atau merendahkan orang lain. Selain itu juga ada pesan agar terus bekerja keras, meskipun hasilnya tidak langsung kelihatan, nanti ada waktunya sendiri. Ya meskipun itu semua pesan Pak Jokowi ke Kaesang yang suka melucu dan aktif di sosial media.
Sementara Gibran saya rasa sama koppignya dengan sang Bapak. Ceritanya menolak semua orderan katering dari pemkot cukup menarik. “Saya maunya sih Bapak jalan, saya juga jalan. Antara politik dan bisnis ini harus dipisahkan. Lagian, selain acara pemkot masih banyak pasar lain.”
Ada juga cerita 3 Paspampres yang secara protokoler harus menjaga Gibran ke manapun dia pergi. “Secara aturan harusnya begitu, tapi saya ga mau, saya usir-usirin mereka, tanya aja sama orangnya” jawab Gibran sambil menunjuk belakang panggung. Najwa sempat kaget, kalau nanti ada apa-apa bagaimana? Lalu Gibran hanya menjawab santai “ya gimana, saya biasa jalan sendiri, nyetir sendiri.”
Tapi yang paling menarik tentu saja sikap percaya diri yang sangat kuat dan khas Jokowi. “Saya pikir makanan ini soal taste. Ga ada orang beli makanan hanya untuk gengsi ‘katering anaknya Jokowi’ kan ga bisa gitu.”
Atau saat mengkritik Bapaknya sendiri soal punya gedung tapi tidak memiliki katering sendiri. Padahal pengeluaran terbesar ada di makanan. “Saya pikir itu kesalahan fatal Bapak.”
Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Kaesang suka melucu dan Gibran yang koppig. Dua-duanya sifat mendasar seorang Jokowi.
Sisi Lain Pak Jokowi
Dari tayangan semalam saya jadi tau bahwa Pak Jokowi memang sering melucu. Maka tak heran kalau dalam beberapa sambutannya, beliau berhasil panen tawa dari para hadirin. “Ya Bapak itu suka melucu, tapi ga lucu sebenarnya. Jadi pulang kantor kan biasanya capek, beliau ngelucu, ya saya bantu ketawa aja meski ga lucu,” cerita Kaesang.
Pak Jokowi juga pernah mengusili Kaesang yang sedang makan mie instan di taman rumahnya. Pak Jokowi pura-pura menjadi hantu, bersuara dan menggerak-gerakkan pohon. Haha.
Sementara Gibran merasa diusili dan kaget karena disuruh jalan kaki saat melamar istrinya. “Ya mungkin itu sih, kirain naik mobil.” Ceritanya.
Ketua Serikat Haters
Semalam saya baru tau kalau Gibran adalah buzzer para haters. Komentar seperti istrinya keturunan nyiroro kidul dan sebagainya sengaja diretweet olehnya. Saat ditanya kenapa? Jawabnya “biar rame aja.” Hal ini sesuai dengan motto Presiden Jokowi “kalau ada yang macem-macem, kita #BikinRame Pak!” Hoho.
Gibran sangat yakin bahwa masyarakat Indonesia tidak bodoh. Kita sudah bisa membedakan mana media abal-abal dan media yang bertanggung jawab. Mana informasi yang benar dan mana yang salah. Seperti Seword.com misalnya tentulah merupakan media opini yang paling mewakili suara mayoritas di Indonesia. *promo* haha.
Mungkin Gibran memang sudah berubah dan menemukan cara efektif menghadapi haters. Saya ingat betul dulu Gibran sempat sedikit adu mulut dengan Pak Jokowi saat baru mau dilantik. Gara-garanya, media memberitakan dirinya anak haram. Jadilah saat pertama dikenalkan, semua awak media yang datang langsung disemprotnya. Tapi sekarang kalau difitnah macam-macam malah diretweet supaya lebih tersebar. Hahaha.
Kaesang Heavy Rotation
Yang membuat panggug Mata Najwa menjadi sangat berbeda adalah kehadiran JKT48. Saya bahkan tak pernah berpikir hal ini bisa terjadi. Haha.
Ceritanya Najwa bertanya soal selera musik kedua anak Jokowi. Gibran menjawab metal, sama seperti Pak Jokowi. Sementara Kaesang menjawab “kalau bapaj kan heavy metal, saya heavy rotation aja lah” yang langsung disambut tawa hadirin.
Najwa sempat ragu “ini benar fans atau gimana?”
Kaesang menjawab memang ngefans, meski hanya sekali melihat perform JKT48 pada 2013 lalu. Gibran menimpali “mention Melodi tapi ga pernah dijawab” hahahaa.
“Kalau gitu Mata Najwa punya kejutan, ini dia teman-teman JKT48” sambutnya dan kamera langsung mengarah sebaris member JKT48 yang berjalan masuk ke panggung, menyalami Gibran dan Kaesang.
Najwa yang tak mau kehilangan momentum sempat mencegat Melodi untuk bergabung dengan timnya dan membawanya ke sebelah Kaesang. Menanyakan kenapa Melodi tidak pernah menjawab mention Kaesang. Hahaha.
“Kaesang mau tanya apa mumpung ada orangnya, lho kok grogi beneran ini,” canda Najwa. “Mau selfie mungkin?” Lanjutnya. Dan Kaesang langsung mengeluarkan Hp di kantong celananya.
“Mau foto bareng mungkin?” Tanya Melodi, maksudnya mengajak Gibran.
Tapi Kaesang menjawab mantap “ga usah, berdua aja” hahaha menang banyak lu sang!!
Setelah itu JKT48 perform dan Kaesang nampak antusias melihatnya. Hahaha saya masih sedikit tak percaya, silahkan bayangkan saja JKT48 tampil di Mata Najwa? Ini sejarah yang sangat sulit terulang.
Mata Najwa Dibayar Berapa Promosikan Martabak Gibran?
Pertanyaan di atas memang provokatif, mungkin juga terpikir oleh para haters. Tapi jujur saya tiba-tiba terpikir seperti itu.
Dari sekian banyak episode yang pernah saya tonton, satupun tidak pernah ada iklan produk. Tapi semalam sangat jelas Najwa menayangkan video saat datang ke kedai Markobar. Mencicipi martabak dengan nada-nada promosi. Tak cukup sampai di situ, semua penonton yang hadir di studio juga mendapat sepotong martabak.
Secara hitung-hitungan bisnis, hal ini jelas sangat menguntungkan. Kita tak akan menemukan sebuah produk menjadi bagian dari materi wawancara sekelas Mata Najwa. Kalaupun dipaksakan seperti beberapa acara, pasti harus membayar sangat mahal dibanding iklan biasa. Mungkin ini bagian dari negosiasi atau syarat sehingga Gibran dan Kaesang bersedia hadir di Mata Najwa.
Ini menarik. Sekalipun materi martabak memang unik dan menarik, tapi saya tak berpikir akan se-iklan itu. Apalagi soal memberi penonton martabak gratis, sangat bisa memastikan 90% itu pemikiran Gibran dan Mata Najwa tak perlu membayar untuk setiap potong martabak yang diberikan. Kenapa? Dulu pernah saya hadir di acara pameran, dan Kebab Babarafi menyediakan kebab gratis bagi setiap orang yang mau berfoto selfie dan upload ke instagram.
Saya ingat betul Mbak Nilam owner Kebab Babarafi mengatakan “produk makanan itu soal rasa. Cara promosi dengan cara mencicipi atau mencoba jauh lebih efektif dibanding banner atau lainnya. Karena orang bisa langsung merasakan dan mungkin nantinya akan membeli lagi. Sementara instagram adalah media menyebarkan.”
Kalau melihat Mata Najwa semalam, jelas medianya adalah stasiun televisi nasional dan entah berapa juta orang yang menontonnya.
Jadi kalau ada yang berpikiran dibayar berapa Mata Najwa untuk promosikan martabak Gibran? Mungkin cukup dengan martabak yang disediakan.
Tapi di luar soal itu saya melihat ada pesan yang coba disampaikan oleh Mata Najwa. Pesan yang sangat-sangat kuat dan menohok anak Presiden sebelumnya. Yang menguasai tambang, cengkeh hingga pala. Bisa jadi pesan ini jauh lebih mahal dan prioritas sehingga Najwa Shihab all out mempromosikan martabak dan ‘memprovokasi’ penonton. Semakin dia promosikan, semakin sekaratlah anak-anak Presiden sebelumnya yang sangat titik-titik dan berlengan panjang.
Lihatlah anak Presiden berbisnis mandiri tanpa ikut campur proyek-proyek pemerintahan. Tidak menjadi makelar ring satu yang menghubungkan pengusaha dan kementerian. Tidak, tidak dan tidak yang lainnya. Hehe mirip si anu ya.
Intinya saya menangkap pesan yang seperti itu. Menegur anak-anak menteri, menyindir yang telah lalu dan sebagai pelajaran bagi sejarah Indonesia, siapapun yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden di masa yang akan datang.
Terakhir, mungkin banyak dari kita bertanya kenapa Kahiyang Ayu tidak ikut diundang ke Mata Najwa? Menurut pemantauan Seword, nanti Kahiyang akan diundang semeja dengan Bu Iriana.
Begitulah kura-kura
Sumber: http:// seword. com/media/mata-najwa-dibayar-berapa-promosikan-martabak/
0 komentar:
Posting Komentar